Lintas Atjeh - Impian Yuli Lusiani kuliah di Fakultas Kedokteran akhirnya tercapai. Dia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Jember melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dengan fasilitas Beasiswa Bidik Misi.
"Alhamdulillah, saya sangat bersyukur karena akhirnya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Jember, apalagi dengan fasilitas Beasiswa Bidik Misi," tutur gadis berhijab yang merupakan alumnus SMA Negeri 2 Kediri dikutip Dream.co.id dari laman Unej.ac.id, Sabtu 9 Agustus 2014.
Persaingan untuk masuk ke Fakultas Kedokteran termasuk sangat ketat. Terlebih yang mendaftar melalui fasilitas Beasiswa Bidik Misi.
Keberhasilan Yuli menembus Fakultas Kedokteran juga disyukuri oleh keluarganya. Orangtua Yuli yang tinggal di Desa Bangsongan Kecamatan Kajen Kidul, Kediri, termasuk dalam golongan keluarga yang tidak mampu.
Ayah Yuli, Hientoro, bekerja serabutan, sementara yang lebih luar biasa adalah apa yang dikerjakan sang Ibu, Sri Sari. Untuk menghidupi keluarga sang ibu menjadi kondektur bus Harapan Jaya jurusan Surabaya-Tulungangung.
"Tetapi tidak tiap hari. Jika sedang tidak menjadi kondektur, ibu berjualan pakaian dan seprei. Sebulan gabungan penghasilan Ibu dan Bapak yang bekerja serabutan berkisar satu juta setengah, tapi bisa juga kurang ," kata gadis kelahiran 9 Juli 1996 ini.
Keterbatasan biaya ternyata tidak membuat Yuli dan orangtuanya putus asa dalam usaha mencapai cita-cita menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Mengetahui ada program Beasiswa Bidik Misi, Yuli aktif menanyakan mengenai bagaimana cara mendapatkan Beasiswa Bidik Misi melalui guru-guru di sekolahnya.
"Ibu bahkan bertanya tentang seluk beluk Bidik Misi kepada tetangga yang kebetulan anaknya kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri, dengan fasilitas Beasiswa Bidik Misi," kata Yuli.
Perjuangan Yuli tidak berhenti di sini saja. Anak kedua dari tiga bersaudara ini menyempatkan diri rutin belajar tiga jam setiap harinya.
Semua mata pelajaran dikaji mulai dari bab awal hingga akhir. "Saya juga beruntung dibiayai oleh paman untuk ikut bimbingan belajar," kata Yuli.
Sebenarnya, Yuli merasa kaget dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Jember yang memang menjadi cita-citanya. Dia merasa prestasinya selama sekolah di SMAN 2 Kediri tidak terlalu mentereng. "Memang beberapa kali saya masuk dalam 10 besar di kelas," kata gadis yang bercita-cita menjadi dokter spesialis anak atau jantung ini.
Terbersit juga rasa ragu di hati Yuli saat memutuskan memilih Fakultas Kedokteran sebagai pilihan. Kedua orangtuanya pun sempat menyampaikan rasa khawatir terkait biaya yang nanti akan ditanggung. "Tapi saya sudah mantap masuk Fakultas Kedokteran, lagipula ada beasiswa Bidik Misi," kata Yuli.
Kata dia, keterbatasan biaya ternyata bukan alasan meraih cita-cita asalkan mau belajar keras dan disertai keyakinan selalu akan ada jalan. "Untuk kawan-kawan yang kebetulan senasib dengan saya, jangan putus asa karena jalan untuk meraih cita-cita tetap terbuka asal mau sungguh-sungguh belajar dan berdoa". [By : Dream.co.id]
"Alhamdulillah, saya sangat bersyukur karena akhirnya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Jember, apalagi dengan fasilitas Beasiswa Bidik Misi," tutur gadis berhijab yang merupakan alumnus SMA Negeri 2 Kediri dikutip Dream.co.id dari laman Unej.ac.id, Sabtu 9 Agustus 2014.
Persaingan untuk masuk ke Fakultas Kedokteran termasuk sangat ketat. Terlebih yang mendaftar melalui fasilitas Beasiswa Bidik Misi.
Keberhasilan Yuli menembus Fakultas Kedokteran juga disyukuri oleh keluarganya. Orangtua Yuli yang tinggal di Desa Bangsongan Kecamatan Kajen Kidul, Kediri, termasuk dalam golongan keluarga yang tidak mampu.
Ayah Yuli, Hientoro, bekerja serabutan, sementara yang lebih luar biasa adalah apa yang dikerjakan sang Ibu, Sri Sari. Untuk menghidupi keluarga sang ibu menjadi kondektur bus Harapan Jaya jurusan Surabaya-Tulungangung.
"Tetapi tidak tiap hari. Jika sedang tidak menjadi kondektur, ibu berjualan pakaian dan seprei. Sebulan gabungan penghasilan Ibu dan Bapak yang bekerja serabutan berkisar satu juta setengah, tapi bisa juga kurang ," kata gadis kelahiran 9 Juli 1996 ini.
Keterbatasan biaya ternyata tidak membuat Yuli dan orangtuanya putus asa dalam usaha mencapai cita-cita menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Mengetahui ada program Beasiswa Bidik Misi, Yuli aktif menanyakan mengenai bagaimana cara mendapatkan Beasiswa Bidik Misi melalui guru-guru di sekolahnya.
"Ibu bahkan bertanya tentang seluk beluk Bidik Misi kepada tetangga yang kebetulan anaknya kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri, dengan fasilitas Beasiswa Bidik Misi," kata Yuli.
Perjuangan Yuli tidak berhenti di sini saja. Anak kedua dari tiga bersaudara ini menyempatkan diri rutin belajar tiga jam setiap harinya.
Semua mata pelajaran dikaji mulai dari bab awal hingga akhir. "Saya juga beruntung dibiayai oleh paman untuk ikut bimbingan belajar," kata Yuli.
Sebenarnya, Yuli merasa kaget dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Jember yang memang menjadi cita-citanya. Dia merasa prestasinya selama sekolah di SMAN 2 Kediri tidak terlalu mentereng. "Memang beberapa kali saya masuk dalam 10 besar di kelas," kata gadis yang bercita-cita menjadi dokter spesialis anak atau jantung ini.
Terbersit juga rasa ragu di hati Yuli saat memutuskan memilih Fakultas Kedokteran sebagai pilihan. Kedua orangtuanya pun sempat menyampaikan rasa khawatir terkait biaya yang nanti akan ditanggung. "Tapi saya sudah mantap masuk Fakultas Kedokteran, lagipula ada beasiswa Bidik Misi," kata Yuli.
Kata dia, keterbatasan biaya ternyata bukan alasan meraih cita-cita asalkan mau belajar keras dan disertai keyakinan selalu akan ada jalan. "Untuk kawan-kawan yang kebetulan senasib dengan saya, jangan putus asa karena jalan untuk meraih cita-cita tetap terbuka asal mau sungguh-sungguh belajar dan berdoa". [By : Dream.co.id]