![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAHT2wB21rh7BttNztqzxPw2_Dz-_uKTkEDI65mCAi9Krlc3KX6_m8Vif76bpHJvAI7I-pZhnOUHXDoYA6nr7Om_jzXkpdB7fS-5n2UF1P4QPp2FrhREwTN2YgZ6vHl5XoM_uHkrpCFfI/s1600/PIMA.jpg)
Lintasatjeh.com - Sepanjang jalan dikawasan Cluster I sampai IV Kecamatan Nibong, Aceh Utara sangat memperihatinkan. Sebelum lebih banyak merenggut korban jiwa akibat lakalantas, pemerintah seharusnya segera membangun jalan tersebut.
Keluhan terkait jalan line pipa ExxonMobil APO tersebut disampaikan warga setempat saat lintasatjeh.com berada dilokasi itu. Tak hanya warga Nibong, warga Kecamatan Paya Bakong dan Pirak Timu juga mendesak pemerintah kabupaten Aceh Utara untuk tidak berdiam diri.
Wakil Ketua Umum Forum Interaksi Mahasiswa (FIMA) Paya Bakong Juliadi kepada media ini mengatakan, kondisi jalan tersebut berlubang bagaikan kubangan kerbau. Akibatnya, baru-baru ini telah banyak merenggut korban jiwa.
"Kondisi terparah di Reudang Cluster IV tidak sedikit korban yang terperosok, bahkan sangat banyak yang mengalami korban jiwa dan luka-luka di daerah tersebut, tidak hanya orang tua yang membawa hasil kebun yang jadi korban namun anak-anak sekolah dan mahasiswa jadi korban oleh pembiaran perusahaan ExxonMobil (Imperealisme Milik Kapitalis) yang bermarkas di United States of Ameica (USA/Amerika Serikat)," katanya saat dikonfirmasi Minggu 11 Mei 2014.
Padahal, kata dia lagi, pada Rabu 11 Desember 2013 lalu Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat (AMM) yang tergabung enam kecamatan, Paya Bakong, Nibong, Tanah Luas, Pirak Timu, Syantalira Aron dan Matang Kuli telah melakukan Demontrasi terhadap perusahaan tersebut, Menuntut tanggung jawab ExxonMobil terhadap lingkungan dan transparansi dalam pengalokasian program Corporate Social Responsibility (CSR).
"Namun pihak manajemen perusahaan ExxonMobil tersebut tidak memperbaiki kondisi jalan yang rusak parah tersebut sampai sekarang, kami sangat resah terkait perlakuan ExxonMobil selama ini maka dari itu kami meminta ExxonMobil untuk segera memperbaiki jalan tersebut kalau tidak akan mempeburuk cintra ExxonMobil dimata masyarakat bahkan akan menaruh kebencian yang sangat besar terhadap ExxonMobil," ungkap Juliadi.
Apalagi, sambungnya, ExxonMobil ditargetkan mengakhiri kontraknya pada tahun 2018 setelah 50 Tahun di Aceh. "Ini tak perlu dibiarkan begitu saja. Kemi meminta masalah ini harus tertangani segera," kata Juliadi, yang juga selaku Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Malikussaleh (UNIMAL) Lhokseumawe. [la/02]