-->

UUI Peringkat 2 Terbaik Aceh dalam Publikasi Internasional Indexing Scoupus

10 Agustus, 2016, 00.02 WIB Last Updated 2016-08-09T17:02:48Z
BANDA ACEH - Universitas Ubudiyah Indonesia berhasil menduduki peringkat nomor dua terbaik di Propinsi Aceh setelah Universitas Syiah Kuala yang menduduki peringkat pertama dalam publikasi jurnal Internasional yang berindex Scoupus. Dengan jumlah 21 publikasi  selama 2 tahun setelah izin Universitas Ubudiyah diterbitkan dan untuk mendapatkan kelulusan Indexing Scoupus bukan hal yang mudah bagi peneliti, dimana membutuhkan waktu  4-6 bulan.

Adapun beberapa hal kualitas riset yang berimpact tinggi dan referensi yang digunakan dari jurnal indexing internasional serta tata penulisan bahasa Inggris yang benar, kekeliruan dalam beberapa hal ini sering mengagalkan publikasi pada jurnal indexing dunia.

Dan secara peringkat nasional, UUI menduduki posisi 128 terbaik dari 4.500 Perguruan Tinggi (PT) di seluruh Indonesia serta telah mengungguli beberapa universitas  di pulau Jawa yaitu Universitas Teknologi Yogjakarta dan Universitas Krida Wacana serta Universitas Pembangunan Nasional Yogjakarta. Sedangkan Universitas Syiah Kuala secara nasional berada pada peringkat 15 terbaik di Indonesia dengan jumlah publikasi 673 jurnal.

Publikasi Internasional Indexing Scoupus secara nasional diduduki peringkat teratas oleh ITB dengan jumlah publikasi 6048, kedua UI jumlah publikasi 4810, ketiga UGM jumlah publikasi 3616, keempat adalah IPB jumlah publikasi 2288. Kelima ITS jumlah publikasi 1775 dan peringkat keenam terbaik Indonesia diduduki oleh LIPI dengan publikasi 1762.

Salah satu publikasi internasional yang paling dikenal oleh para peneliti dunia adalah Scopus. Dimiliki oleh Elsevier, salah satu penerbit utama dunia, Scopus adalah sebuah pusat data terbesar di dunia yang mencakup puluhan juta literatur ilmiah yang terbit sejak puluhan tahun yang lalu sampai saat ini.

Disamping itu, Scopus juga memberikan data agregat untuk menunjukkan tingkat pengaruh suatu jurnal (journal impact) atau institusi (institutional impact) dalam dunia publikasi ilmiah berdasarkan hubungan sitasi dari dan ke artikel-artikel yang diterbitkan oleh sebuah jurnal atau dipublikasikan oleh peneliti-peneliti dari suatu institusi. Maka, pengguna Scopus dengan mudah mendapatkan informasi mengenai apa yang sudah dipublikasikan oleh penerbit-penerbit atau lembaga-lembaga riset dari seluruh dunia.

Berdasarkan informasi dari Portal SCI Mago dalam pemeringkatan hasil publikasi internasional dari 239 negara di dunia, Indonesia masih menduduki peringkat 61 dengan jumlah publikasi 25.481 pada tahun 2015 masih jauh dari negara tetangga Asean Malaysia berada pada peringkat ke-37 dengan jumlah publikasi karya ilmiah 125.084 dan Singapura berada diperingkat ke-32 serta Thailand berada di peringkat ke-43.

Oleh karena itu, Kementerian Riset dan Teknologi melalui surat edarannya menghimbau semua perguruan tinggi di Indonesia untuk fokus pada penelitian dan publikasi internasional yang merupakan salah satu bagian dari Tridarma Perguruan Tinggi selain dari pada pengajaran dan penelitian. Sehingga dapat meningkatkan peringkat Indonesia dalam publikasi internasional dimata dunia.

Untuk mendukung jumlah publikasi internasional, Kemenristek telah menerbitkan surat edaran kewajiban publikasi internasional bagi calon lulusan doktoral di jurnal internasional yang berindexing salah satunya Scoupus.

Sehingga diharapkan kedepan peringkat Indonesia dalam publikasi internasional dapat meningkat dari negara Asean lainnya. Sebab publikasi internasional juga berperan meningkatkan harga diri suatu negara dalam bentuk diplomasi mutu pendidikan dan ilmu pengetahuan, karena negara yang memiliki mutu pendidikan yang bagus cenderung memiliki publikasi internasional yang tinggi.

Publikasi internasional sudah semestinya menjadi perhatian semua peneliti dan perguruan tinggi di Indonesia untuk mendapatkan rangking terbaik Indonesia dimata dunia dibandingkan pemeringkatan lain seperti webomeric dan pemeringkatan yang tidak berdampak mutu dan kualitas pendidikan serta tidak menjadi acuan Kementerian Riset dan Teknologi.[Dw]
Komentar

Tampilkan

Terkini