MEDAN –
Pasca perdamaian Aceh masih banyak hal yang perlu dibenahi. Pemerintah Aceh
harus lebih fokus dalam memperjuangkan keadilan bagi rakyat. Kalau saat konflik
saja para suhada rela mati-matian memperjuangkannya, sela- yaknya di masa
perdamaian ini harus lebih baik lagi karena segalanya mungkin untuk dilakukan
apalagi untuk membela kepentingan rakyat.
Apalagi
perhelatan pesta demokrasi lima tahunan akan digelar serentak kedua kalinya di
seluruh Indonesia. Tak terkecuali Provinsi berjuluk Serambi Mekkah ini juga
akan digelar pada Februari 2017 mendatang untuk memilih calon kepala daerah
baik gubernur/bupati/walikota.
Tentunya,
para kepala daerah terutama Gubernur/Wakil Gubernur Aceh menjadi tumpuan dan
harapan bagi seluruh rakyat Aceh untuk menikmati kesejahteraan dengan
terpilihnya pemimpin baru nantinya. Kesejahteraan itu sangat didambakan oleh
para kaum dhuafa, janda-janda korban konflik, anak-anak yatim, pemuda, pelajar
dan mahasiswa serta para mantan kombatan GAM yang sudah lama berjuang menuntut
keadilan untuk rakyat Aceh.
Hal
tersebut dikatakan oleh Ketua KPA Deli Sumatera Utara, Ilyas Madni Bayu H, SH,
MH, didampingi beberapa pengurus diantaranya Wakil Ketua Jamaluddin alias Agam
Nibong, T. Seumariansyah alias Match 05 75 dan Heri alias T. Payung kepada
LintasAtjeh.com, Minggu (5/6/2016), di Kota Medan.
Menurut
Ketua KPA Deli yang familiar disapa Abu Sunggal ini mengungkapkan, saat ini
sepertinya ibaratkan pepatah, masih jauh api dari panggang. Banyak program
pembangunan Aceh yang belum menyentuh langsung kepada masyarakat. Itu yang
dirasakan masyarakat saat ini, begitu juga yang dinikmati para mantan kombatan.
Masih banyak yang lapar, masih banyak yang menjadi pengangguran, kalaupun
bekerja hanya sebagai pekerja kasar dan serabutan. Sungguh miris dalam menikmati
buah perdamaian.
Masih
kata Abu Sunggal, mantan kombatan GAM Deli merupakan bagian tak terpisahkan
dari perjuangan Aceh saat konflik. Namun saat ini GAM Deli sepertinya hanya
tinggal sebuah cerita sebatas nama yang tergores dalam sejarah konflik
Aceh.
“Tapi
bagaimana? Jangankan kami mantan kombatan GAM Deli. Kerabat, saudara dan teman
seperjuangan yang berdomisili di Aceh saja tidak lebih baik nasibnya, justru
banyak yang lebih memprihatinkan kehidupannya dan tidak sedikit yang terlibat
dalam kasus kriminal bahkan terjerumus dalam kasus narkoba hanya mendapatkan
rezeki secara instan dengan melanggar hukum,” bebernya dengan raut prihatin.
Sementara
itu Wakil Ketua KPA Deli, Jamaluddin yang akrab dipanggil Bang Agam Nibong
membenarkan yang dikatakan Abu Sunggal. Mantan Kombatan GAM Deli hingga saat
ini masih tercatat menjadi bagian tak terpisahkan dari perjuangan GAM saat
konflik.
“Kehidupan
para mantan kombatan GAM Deli, tidak lebih baik hingga saat ini. Banyak
diantaranya bekerja serabutan dengan pendapatan tak tentu dan terkadang tak
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Ada yang kerja sebagai
nelayan, petani, buruh dan tidak sedikit yang menjadi pengangguran,” terang Agam
Nibong.
Dengan
segala keluh kesah karena beban kemiskinan yang dirasakan oleh para yatim
piatu, janda-janda korban konflik dan kaum dhuafa serta para mantan kombatan
GAM, sambung Agam, seharusnya membuka hati nurani para mantan petinggi GAM yang
saat ini memiliki kedudukan dan jabatan untuk lebih memperhatikan nasib mereka
kedepannya.
“Apalagi
sejumlah tokoh terbaik Aceh yang berkeinginan bertarung dalam Pilkada Aceh.
Jangan hanya bisa tebar pesona menjelang pilkada. Jangan hanya bisa ‘menjual
diri’ dengan segudang janji manis untuk rakyat. Semuanya mulai menjanjikan
untuk meningkatkan pembangunan di segala bidang, mendatangkan investor,
mengentaskan kemiskinan dengan meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat,
menciptakan lapangan kerja dan masih banyak lagi janji yang sepertinya mudah
diucapkan untuk menyenangkan hati simpatisan,” sindir Wakil Ketua KPA Deli.
Pilkada
Aceh 2017 mendatang, merupakan moment penting bagi kandidat-kandidat calon
kepala daerah. Tunjukkan bahwa para mantan petinggi-petinggi GAM seperti Zakaria
Saman, dr. Zaini Abdullah, Muzakir Manaf dan Irwandi Yusuf merupakan putra terbaik Aceh yang memiliki
semangat dan kemampuan untuk mewujudkan Aceh yang lebih maju dan sejahtera
bukan hanya sekedar janji manis belaka.
“Jangan
jadikan anak kandung menjadi pengemis kepada bapaknya, jangan jadikan anak-anak
merengek meminta tanggung jawab orang tua yang seharusnya dilakukan sebagai
kewajiban. Kalau masyarakat sudah tidak lapar lagi, aman dan damai tentunya
Aceh bisa menjadi daerah baldatun tayyibatun wa ghafur,” tandas Agam Nibong
yang diaminkan Match dan T. Payung.
Harapan
senada juga disampaikan T. Seumariansyah agar Pilkada Aceh 2017 mendatang bisa
berlangsung dengan aman dan damai. Masyarakat bisa memilih dengan hati nurani
sesuai dengan pilihannya agar pemimpin yang terpilih nantinya merupakan
pemimpin milik seluruh masyarakat Aceh baik yang tinggal di Aceh maupun diluar
Aceh.
“Semoga
semua kandidat, putra-putra terbaik Aceh bisa berkompetisi secara sehat, jauh
dari intimidasi dan tetap terjaga perdamaian Aceh. Sehingga Aceh tetap
kondusif, para investor bisa berduyun-duyun
untuk berinvestasi tanpa ada rasa khawatir sehingga Aceh lebih maju dan
sejahtera,” harap pria yang bersandi Match 05 75 saat konflik ini.[Ar]