IST |
Malam itu aku duduk disebuah
kolam ikan di dekat rumah kediamanku sendiri. Aneh suasananya panas dan tidak
ada angin rasanya. Apa karena aku banyak membaca kasus terorisme hari ini. Ah,
masa ci, apa hubungannya dengan alam. Aku baca media online yang berbasis
Islam, Tebar Suara namanya. Ia memberi judul berita “Terduga Terorisme Kembali
Pulang Membawa Nama”.
Kasus Siyono yang menjadi viral
di media Islam karena kematiannya oleh Densus 88. Padahal Siyono baru terduga
bukan pelaku, namun dia telah dibunuh oleh mereka. Rasanya tidak percaya karena
tidak diberitakan dimedia utama layaknya Mardeka, Detik, dan lainnya selama
kasus ini. Termenung sendiri bukan kerjaanku yang notabene suka googling
mencari kebenaran.
Namun karena suasana panas
ditempatku, aku memutuskan untuk berdiskusi dengan salah seorang teman Abu
Muhammad namanya. Aku tidak tau nama aslinya. Setelah aku temukan nama Abu
Muhammad di Facebook langsung saya sapa dengan salam yang santun.
Aku mengutarakan niatku untuk
berdiskusi sepeutar kasus terorisme. Ya, Terorisme itu adalah pelaku terror.
Polisi menjadi teroris bagi pelaku criminal. Ketika Belanda menjajah Indonesia
maka bagi Belanda adalah para orang-orang yang berjuang demi kemerdekaan
Indonesia disebut pemberontak sedangkan bagi Indonesia ia adalah patriok.
Pelaku yang sama dan aktivitas yang sama lebel berbeda. Jelas Abu kepada saya.
Ada yang aneh terhadap kasus
teoris di Indonesia bagaimana menurut Abu tanyaku kepadanya. Itu rekayasa,
setiap teroris memiliki kepentingan masing-masing. Seperti pengalihan isu
korupsi setelah itu teroris dan itu pasti ada berita sampah mengenai artis.
Sehingga berita tidak pernah tuntas dengan demikian. Dan itu telah di design
dengan professional oleh para politisi.
Tapi selama ini yang menjadi
pelaku teroris adalah Islam. Yah, mereka hanya menjadi kebiri. Mereka hanya
difitnah dan diadu domba. Ketika pelaku non muslim dan sudah terbukti melakukan
pemboman mereka tidak dibunuh seperti Siyoso. Kelompok OPM (Organisasi
Pemerdekaan Papua) yang terang-terangan melakukan pemberontak dan melakukan
kejahatan mereka bukan teroris, karena mereka bukan Islam. Tapi kelompok
Santoso (Mujahidin Indonesia Timur-MIT) itu muslim dan itu teroris.
Apa yang menyebabkan demikian
wahai saudaraku dan apa yang menyebabkan kedua kelompok itu menyimpang?Kegiatan
mereka melakukan hal yang sama kenapa lebel bisa berbeda apa seperti halnya
soal Penjajah Belanda dan Pejuang Patriot Idonesia?
Ya.Tepat sekali. Sama halnya
demikian tergantung kepada siapa yang melihatnya. Kebenaran dan kesalahan saat
ini sulit kita bedakan. Mengenai sebab dua kelompok itu menjadi pemberontak
karena mereka memiliki latar belakang yang berbeda. Indonesia mardeka sudah 70
tahun. Namun rakyat masih hidup dibawah garis kemiskinan. Latar belakang OPM
jelas sebenarnya mencari perhatian public untuk keadilan. Karena bagi mereka
(OPM), Papua belum mardeka dan masih di jajah oleh Indonesia.
Maksudnya? Bukan rahasia lagi
pembangunan di lakukan hanya Pulau Jawa.
Sehingga rakyat Papua merasa dijajah oleh Indonesia lantaran mereka
masih memakai koteka. Maka jangan heran jika terus pembangunan di Pulau Jawa
maka terorisme seperti OPM akan terus bertambah lihatlah kemakmuran di
Kalimantan dan Indonesia bagian timur lainnya. Dimana perhatian pemerintah,
akan kah cukup hanya dengan kereta cepat yang menghilangkan uang rakyat tampa
pertanggung jawaban.
Bagaimana dengan kelompok Santoso
apakah dia juga memiliki motif yang sama? Tanyaku kepada Abu.
Tidak! Santoso berangkat dari
pembantai Muslim Poso oleh Terorisme Kristen. Hal inilah yang menyebabkan
lahirnya Mujahidin disana, untuk menjaga rakyat muslim dari penindasan dan
mereka tidak melakan perlawanan terhadap pemerintah pada awalnya. Namun karena
Densus 88 yang memberikan stigma teoris kepada dan mereka harus diburu, ya mau
dibuat apa lagi. Namun kita tetap curiga terhadap militer Indonesia.
Jangan-jangan kedua kelompok
tersebut justru mereka yang memasukkan senjata atau mereka hanya dijadikan
sebagai ajang latihan. Karena tidak mungkin meliter akan berani tanpa ada latihan
perang. Ini hanyalah kecurigaan, semoga saja bukan demikian.
Siapa sebenarnya biang kerok
penyebab terorisme? Biangkerok terorisme adalah politisi, tidak ada pada agama.
Politisilah yang menciptakannya lantaran mereka butuh suara. Lihatlah kasus Siyoso
di media arus utama yang berhasil mereka kendalikan tidak ada yang memberitakan
tentang dia. sudah menunjukkan jam 11 disini bagaimana kalau kita lanjutkan
besok saja.
Ya, tidak masalah Abu disinijuga
sudah jam 10.37 Waktu Indonesia Barat. Terima kasih atas pencerahannya Abu.
Aku masih penasaran terhadap
analisa Abu Muhammad, tepat sekali apa yang diungkapkannya. Aku sudah tidak
sabar lagi ingin chating dengan beliau untuk melanjutkan obrolan terputus tadi
malan. Tepat jam 10 beliau aktif facebooknya. Langsung aku utarakan niatku
untuk melanjutkan diskusi tadi malam.
Ya, Abu. Bagaimana kabar saudara
hari ini?. Tanyaku basa basi. Ya. Alhamdulillah baik-baik saja. Saya baru saja
membaca berita di Suara Islam ada Helikoter pemburu Santoso yang tersambar
petir. Kayaknya sudah semakin jelas siapa benar dan siapa yang salah.
Ya. Abu, barusan aku juga baru
selesai membaca buku Jerry D. Gray yang berjudul “The Real Truth” dia
mengungkapkan dibagian terakhirnya yang menurut kesimpulanku Amerika adalah
teroris utama didunia ini. Seluruh pembantaian yang dilakukan oleh mereka
statusnya terbukti bukan lagi di duga. Namun para media tidak pernah mengklaim
mereka teroris. Padahal kejadian di Paris yang terduga ISIS dunia berduka
sedang di Turki dunia senyap. Pesan apa mereka ingin sampaikan kepada kita,
selain ingin menebarkan kebencian.
Tepat sekali Di, saya rasa kamu
tidak hanya membaca bagian terakhir tapi ada bagian yang diungkap oleh Jerry
bahwa kejadian WTC sebenarnya adalah diciptakan. Dia beranalisa bahwa media
yang berhasil mengabadikan dengan baik kejadian terorisme itu artinya ciptaan
para politisi.
Ya. Abu saya penasaran dengan
kasus Sarinah kemarin. Sebagian besar
momentnya terlihat banget sandiwaranya. Apakah kasus ini bagian dari
design para politisi yang melenyapkan masalah Preefort dan kasus korupsi para
politisi.
Entahlah, saya juga meragukan hal
itu. Namun kita tidak bisa mengatakan demikian lantaran kita tidak cukup bukti.
Ya, Saya juga ingin mengatakan
demikian. Sebagai rakyat biasa kita hanya mampu diam saja dan menyaksikan
bagaimana pedihnya rekayasa intelijen dalam membunuh umat Islam di Indonesia.
Sepertinya mereka ingin menujukkan pesan kepada kepada umat Islam tentang
kebencian mereka.
Adi, hal itulah yang ingin saya
katakan kepadamu. Di saat berita Densus 88 mencari teoris di Masjid, yang
menjadi bukti adalah Al-Qur’an maka seharusnya seluruh muslim di Indonesia
harus ditangkap. Maka lagi-lagi apa pesan yang ingin mereka sampaikan. Ketika
muslim yang memakai peci, gamis, berjengot dan celana diatas mata kaki. Maka ia
akan di cap sebagai teroris nomor satu padahal terbukti saja tidak.
Tepat sekali apa yang anda
katakan Abu, saya juga melihat apa yang cari Densus 88 yang masuk TK. Apakah
mereka ingin menciptakan teroris? Dengan meneror mental anak-anak dan orang muslim.
Hal ini akan menjadi penyebabnya lahir para teroris baru. Inilah sebabnya saya
mendiamkan soal ISIS saat ini. Karena rakyat Iraq sebelumnya di bantai dan
mereka membalas dendam akan hal yang sama.
Adi, Islam melarang keras
melakukan kejahatan walaupun untuk mencapai kebaikan. Jika ada yang dibunuh
umat Islam atau non Islam dan dia bergerak menangkap pelakunya dan menyerahkan
kepada pihak berwajib itu baru dibenarkan. Perilaku ISIS membunuh orang tak bersalah untuk mencapai kepuasan masa
lalu adalah hal itu yang salah. Walaupun mereka melakukan kekerasan untuk
mencapai tegaknya syariat Islam.
Hal inilah yang aku bigung wahai
saudara. Padahal Islam yang memiliki aturan sedemikian rupa, namun mereka
dengan sewenang-wenangnya membunuh umat Islam. Dan ketika umat Islam menuntut
balik seperti Palestina ke Israel, dunia seolah-olah yang dilakukan Israel
membunuh rakyat dan anak-anak Palestina adalah yang benar dan wajar, lagi pesan
apa yang ingin mereka sampaikan kepada kita?
Ya, memang demikian yang terjadi
saat ini. tapi bagaimana kita menyelesaikannya para terorisme itu. Karena saya
yakin terroris itu diciptakan secara professional olah para politisi.
Seharusnya Polisi dan intasi pemerintah lainnya bertanggung jawab terhadap hal
itu. Namun lagi-lagi politisilah yang mengendalikan mereka demi menpertahankan
suara mereka.
Menurut Dr. Zakir Naik dalam
sebuah video yang diterjemahkan oleh Wesaltv. Beliau mengungkapkan cara tepat
menghentikan terorisme, kita harus menegakkan keadalilan. Hal ini aku rasa cara
yang tepat menghentikan terorisme, karena dengan kekerasan tidak mungkin
terorisme terselesaikan dan malah akan menciptakan teroris yang baru.
Benar sekali saudaraku. Saya juga
pernah memdengarkan kata Alan Spector seorang Rusia yang tinggal di Amerika
ketika ditanya cara yang tepat menghentikan kekerasan dan terorisme, dia dengan
singkat menjawab upayakan rakyatmu makmur dan sejahtera. Tapi yang dimaksudkan
Alan Spector adalah cara menghentikan komunisme. Saya rasa sangat tepat juga,
karena terorisme juga lahir dari ketidak makmuran dan kesejahteraaan sehingga
mereka menuntut pemerintah atas hak-haknya mereka.
Tepat sekali wahai Abu Muhammad.
Dengan demikian kita meliki pemikiran yang sama walaupun kutipan kita
beda-beda. Saya meresa menambah wawasan dan informasi dari saudara. Semoga
suatu saat nanti kalau kita memiliki kekuatan untuk menghentikan terorisme kita
sudah meliki solusi yang tepat.
Aamiin…. Adi saya tidak akan
bosan berdiskusi dan menukar ilmu dengan saudara. Nanti kapan-kapan kita akan
bahas tema yang beda.Ya, terima kasih Abu atas waktunya. Jangan segan-segan
untuk mengajak saya berdiskusi dan menukar ilmu.
Diskusiku selesai sampai disitu
siang itu, semoga yang lain juga menambah wawasan tentang topik ini. Dan kita
selaku umat Islam harus berhati-hati, karena kita bisa saja ditangkap kapanpun
tanpa memiliki bukti apapun dapat disalahkan. Sekali lagi mereka tidak
mendengarkan kita dan tidak akan mengadili kita dengan alasan apapun. Lihatlah
Abu Bakar Ba’Syir yang sudah tua saja mereka tangkap dan siksa apalagi kita
yang muda memiliki wawasan untuk ke Islaman pasti lebih dari itu, belajarlah
dari setiap kasus “terduga” terorisme yang hilang nyawa.
Kebenaran memang harus
disampaikan, karena nanti suatu saat firman Allah dalam Surah Al-Isra’ ayat 81
pasti akan menjadi kenyataan. Seperti yang terdapat dalam film 3 (Alif Lam
Mim). Silahkan saksikan bagi yang menyaksikan. Belajarlah dari setiap apa yang
kita lihat, kita dengarkan dan apa yang kitabaca. Semoga tulisan pendek ini
bermanfaat.
Oleh: Amriadi Al Masjidiy (Rakyat biasa yang sedang
menempuh pendidikan di Jakarta).