-->

Terorisme dan Penebar Kebencian

24 Maret, 2016, 16.31 WIB Last Updated 2016-03-24T09:31:44Z
IST
Malam itu aku duduk disebuah kolam ikan di dekat rumah kediamanku sendiri. Aneh suasananya panas dan tidak ada angin rasanya. Apa karena aku banyak membaca kasus terorisme hari ini. Ah, masa ci, apa hubungannya dengan alam. Aku baca media online yang berbasis Islam, Tebar Suara namanya. Ia memberi judul berita “Terduga Terorisme Kembali Pulang Membawa Nama”.

Kasus Siyono yang menjadi viral di media Islam karena kematiannya oleh Densus 88. Padahal Siyono baru terduga bukan pelaku, namun dia telah dibunuh oleh mereka. Rasanya tidak percaya karena tidak diberitakan dimedia utama layaknya Mardeka, Detik, dan lainnya selama kasus ini. Termenung sendiri bukan kerjaanku yang notabene suka googling mencari kebenaran.

Namun karena suasana panas ditempatku, aku memutuskan untuk berdiskusi dengan salah seorang teman Abu Muhammad namanya. Aku tidak tau nama aslinya. Setelah aku temukan nama Abu Muhammad di Facebook langsung saya sapa dengan salam yang santun.

Aku mengutarakan niatku untuk berdiskusi sepeutar kasus terorisme. Ya, Terorisme itu adalah pelaku terror. Polisi menjadi teroris bagi pelaku criminal. Ketika Belanda menjajah Indonesia maka bagi Belanda adalah para orang-orang yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia disebut pemberontak sedangkan bagi Indonesia ia adalah patriok. Pelaku yang sama dan aktivitas yang sama lebel berbeda. Jelas Abu kepada saya.

Ada yang aneh terhadap kasus teoris di Indonesia bagaimana menurut Abu tanyaku kepadanya. Itu rekayasa, setiap teroris memiliki kepentingan masing-masing. Seperti pengalihan isu korupsi setelah itu teroris dan itu pasti ada berita sampah mengenai artis. Sehingga berita tidak pernah tuntas dengan demikian. Dan itu telah di design dengan professional oleh para politisi.

Tapi selama ini yang menjadi pelaku teroris adalah Islam. Yah, mereka hanya menjadi kebiri. Mereka hanya difitnah dan diadu domba. Ketika pelaku non muslim dan sudah terbukti melakukan pemboman mereka tidak dibunuh seperti Siyoso. Kelompok OPM (Organisasi Pemerdekaan Papua) yang terang-terangan melakukan pemberontak dan melakukan kejahatan mereka bukan teroris, karena mereka bukan Islam. Tapi kelompok Santoso (Mujahidin Indonesia Timur-MIT) itu muslim dan itu teroris.

Apa yang menyebabkan demikian wahai saudaraku dan apa yang menyebabkan kedua kelompok itu menyimpang?Kegiatan mereka melakukan hal yang sama kenapa lebel bisa berbeda apa seperti halnya soal Penjajah Belanda dan Pejuang Patriot Idonesia?

Ya.Tepat sekali. Sama halnya demikian tergantung kepada siapa yang melihatnya. Kebenaran dan kesalahan saat ini sulit kita bedakan. Mengenai sebab dua kelompok itu menjadi pemberontak karena mereka memiliki latar belakang yang berbeda. Indonesia mardeka sudah 70 tahun. Namun rakyat masih hidup dibawah garis kemiskinan. Latar belakang OPM jelas sebenarnya mencari perhatian public untuk keadilan. Karena bagi mereka (OPM), Papua belum mardeka dan masih di jajah oleh Indonesia.

Maksudnya? Bukan rahasia lagi pembangunan di lakukan hanya Pulau Jawa.  Sehingga rakyat Papua merasa dijajah oleh Indonesia lantaran mereka masih memakai koteka. Maka jangan heran jika terus pembangunan di Pulau Jawa maka terorisme seperti OPM akan terus bertambah lihatlah kemakmuran di Kalimantan dan Indonesia bagian timur lainnya. Dimana perhatian pemerintah, akan kah cukup hanya dengan kereta cepat yang menghilangkan uang rakyat tampa pertanggung jawaban.

Bagaimana dengan kelompok Santoso apakah dia juga memiliki motif yang sama? Tanyaku kepada Abu.

Tidak! Santoso berangkat dari pembantai Muslim Poso oleh Terorisme Kristen. Hal inilah yang menyebabkan lahirnya Mujahidin disana, untuk menjaga rakyat muslim dari penindasan dan mereka tidak melakan perlawanan terhadap pemerintah pada awalnya. Namun karena Densus 88 yang memberikan stigma teoris kepada dan mereka harus diburu, ya mau dibuat apa lagi. Namun kita tetap curiga terhadap militer Indonesia.

Jangan-jangan kedua kelompok tersebut justru mereka yang memasukkan senjata atau mereka hanya dijadikan sebagai ajang latihan. Karena tidak mungkin meliter akan berani tanpa ada latihan perang. Ini hanyalah kecurigaan, semoga saja bukan demikian.

Siapa sebenarnya biang kerok penyebab terorisme? Biangkerok terorisme adalah politisi, tidak ada pada agama. Politisilah yang menciptakannya lantaran mereka butuh suara. Lihatlah kasus Siyoso di media arus utama yang berhasil mereka kendalikan tidak ada yang memberitakan tentang dia. sudah menunjukkan jam 11 disini bagaimana kalau kita lanjutkan besok saja.

Ya, tidak masalah Abu disinijuga sudah jam 10.37 Waktu Indonesia Barat. Terima kasih atas pencerahannya Abu.

Aku masih penasaran terhadap analisa Abu Muhammad, tepat sekali apa yang diungkapkannya. Aku sudah tidak sabar lagi ingin chating dengan beliau untuk melanjutkan obrolan terputus tadi malan. Tepat jam 10 beliau aktif facebooknya. Langsung aku utarakan niatku untuk melanjutkan diskusi tadi malam.

Ya, Abu. Bagaimana kabar saudara hari ini?. Tanyaku basa basi. Ya. Alhamdulillah baik-baik saja. Saya baru saja membaca berita di Suara Islam ada Helikoter pemburu Santoso yang tersambar petir. Kayaknya sudah semakin jelas siapa benar dan siapa yang salah.

Ya. Abu, barusan aku juga baru selesai membaca buku Jerry D. Gray yang berjudul “The Real Truth” dia mengungkapkan dibagian terakhirnya yang menurut kesimpulanku Amerika adalah teroris utama didunia ini. Seluruh pembantaian yang dilakukan oleh mereka statusnya terbukti bukan lagi di duga. Namun para media tidak pernah mengklaim mereka teroris. Padahal kejadian di Paris yang terduga ISIS dunia berduka sedang di Turki dunia senyap. Pesan apa mereka ingin sampaikan kepada kita, selain ingin menebarkan kebencian.

Tepat sekali Di, saya rasa kamu tidak hanya membaca bagian terakhir tapi ada bagian yang diungkap oleh Jerry bahwa kejadian WTC sebenarnya adalah diciptakan. Dia beranalisa bahwa media yang berhasil mengabadikan dengan baik kejadian terorisme itu artinya ciptaan para politisi.

Ya. Abu saya penasaran dengan kasus Sarinah kemarin. Sebagian besar  momentnya terlihat banget sandiwaranya. Apakah kasus ini bagian dari design para politisi yang melenyapkan masalah Preefort dan kasus korupsi para politisi.

Entahlah, saya juga meragukan hal itu. Namun kita tidak bisa mengatakan demikian lantaran kita tidak cukup bukti.

Ya, Saya juga ingin mengatakan demikian. Sebagai rakyat biasa kita hanya mampu diam saja dan menyaksikan bagaimana pedihnya rekayasa intelijen dalam membunuh umat Islam di Indonesia. Sepertinya mereka ingin menujukkan pesan kepada kepada umat Islam tentang kebencian mereka.

Adi, hal itulah yang ingin saya katakan kepadamu. Di saat berita Densus 88 mencari teoris di Masjid, yang menjadi bukti adalah Al-Qur’an maka seharusnya seluruh muslim di Indonesia harus ditangkap. Maka lagi-lagi apa pesan yang ingin mereka sampaikan. Ketika muslim yang memakai peci, gamis, berjengot dan celana diatas mata kaki. Maka ia akan di cap sebagai teroris nomor satu padahal terbukti saja tidak.

Tepat sekali apa yang anda katakan Abu, saya juga melihat apa yang cari Densus 88 yang masuk TK. Apakah mereka ingin menciptakan teroris? Dengan meneror mental anak-anak dan orang muslim. Hal ini akan menjadi penyebabnya lahir para teroris baru. Inilah sebabnya saya mendiamkan soal ISIS saat ini. Karena rakyat Iraq sebelumnya di bantai dan mereka membalas dendam akan hal yang sama.

Adi, Islam melarang keras melakukan kejahatan walaupun untuk mencapai kebaikan. Jika ada yang dibunuh umat Islam atau non Islam dan dia bergerak menangkap pelakunya dan menyerahkan kepada pihak berwajib itu baru dibenarkan. Perilaku ISIS membunuh orang  tak bersalah untuk mencapai kepuasan masa lalu adalah hal itu yang salah. Walaupun mereka melakukan kekerasan untuk mencapai tegaknya syariat Islam.

Hal inilah yang aku bigung wahai saudara. Padahal Islam yang memiliki aturan sedemikian rupa, namun mereka dengan sewenang-wenangnya membunuh umat Islam. Dan ketika umat Islam menuntut balik seperti Palestina ke Israel, dunia seolah-olah yang dilakukan Israel membunuh rakyat dan anak-anak Palestina adalah yang benar dan wajar, lagi pesan apa yang ingin mereka sampaikan kepada kita?

Ya, memang demikian yang terjadi saat ini. tapi bagaimana kita menyelesaikannya para terorisme itu. Karena saya yakin terroris itu diciptakan secara professional olah para politisi. Seharusnya Polisi dan intasi pemerintah lainnya bertanggung jawab terhadap hal itu. Namun lagi-lagi politisilah yang mengendalikan mereka demi menpertahankan suara mereka.

Menurut Dr. Zakir Naik dalam sebuah video yang diterjemahkan oleh Wesaltv. Beliau mengungkapkan cara tepat menghentikan terorisme, kita harus menegakkan keadalilan. Hal ini aku rasa cara yang tepat menghentikan terorisme, karena dengan kekerasan tidak mungkin terorisme terselesaikan dan malah akan menciptakan teroris yang baru.

Benar sekali saudaraku. Saya juga pernah memdengarkan kata Alan Spector seorang Rusia yang tinggal di Amerika ketika ditanya cara yang tepat menghentikan kekerasan dan terorisme, dia dengan singkat menjawab upayakan rakyatmu makmur dan sejahtera. Tapi yang dimaksudkan Alan Spector adalah cara menghentikan komunisme. Saya rasa sangat tepat juga, karena terorisme juga lahir dari ketidak makmuran dan kesejahteraaan sehingga mereka menuntut pemerintah atas hak-haknya mereka.

Tepat sekali wahai Abu Muhammad. Dengan demikian kita meliki pemikiran yang sama walaupun kutipan kita beda-beda. Saya meresa menambah wawasan dan informasi dari saudara. Semoga suatu saat nanti kalau kita memiliki kekuatan untuk menghentikan terorisme kita sudah meliki solusi yang tepat.

Aamiin…. Adi saya tidak akan bosan berdiskusi dan menukar ilmu dengan saudara. Nanti kapan-kapan kita akan bahas tema yang beda.Ya, terima kasih Abu atas waktunya. Jangan segan-segan untuk mengajak saya berdiskusi dan menukar ilmu.

Diskusiku selesai sampai disitu siang itu, semoga yang lain juga menambah wawasan tentang topik ini. Dan kita selaku umat Islam harus berhati-hati, karena kita bisa saja ditangkap kapanpun tanpa memiliki bukti apapun dapat disalahkan. Sekali lagi mereka tidak mendengarkan kita dan tidak akan mengadili kita dengan alasan apapun. Lihatlah Abu Bakar Ba’Syir yang sudah tua saja mereka tangkap dan siksa apalagi kita yang muda memiliki wawasan untuk ke Islaman pasti lebih dari itu, belajarlah dari setiap kasus “terduga” terorisme yang hilang nyawa.

Kebenaran memang harus disampaikan, karena nanti suatu saat firman Allah dalam Surah Al-Isra’ ayat 81 pasti akan menjadi kenyataan. Seperti yang terdapat dalam film 3 (Alif Lam Mim). Silahkan saksikan bagi yang menyaksikan. Belajarlah dari setiap apa yang kita lihat, kita dengarkan dan apa yang kitabaca. Semoga tulisan pendek ini bermanfaat.



Oleh: Amriadi Al Masjidiy (Rakyat biasa yang sedang menempuh pendidikan di Jakarta).
Komentar

Tampilkan

Terkini