-->

Soal Sapi Bantuan di Keudee Birem, Ini Penjelasan Ketua Kelompok

25 Februari, 2016, 01.00 WIB Last Updated 2016-02-25T03:14:12Z
IST
ACEH TIMUR - Sapi bantuan yang kabarnya sebanyak lima ekor, diduga sarat masalah. Sapi bantuan diterima oleh kelompok peternak di Desa Keudee Birem, Kecamatan Birem Bayeun, Kabupaten Aceh Timur.

Pasalnya, sapi bantuan yang sudah beranak tiga ekor tersebut (mati satu ekor_red) dikabarkan telah dijual oleh ketua kelompok dan Geuchik Desa Keudee Birem, seharga ± Rp. 32 juta, tanpa terlebih dahulu digelar musyawarah dengan sesama anggota kelompok.

Namun karena dugaan kejahatan yang diperbuat oleh ketua kelompok, Rudianto dan Geuchik Desa Keudee Birem, Nikmat, terendus oleh para anggota kelompok sehingga memunculkan kemarahan dan protes keras dari sebagian besar anggota kelompok.

Maka saat itu, Rudianto dan Nikmat berusaha menutupi dugaan kejahatan mereka dengan cara "menggantikan" sapi yang telah mereka jual dengan kambing sebanyak 17 ekor.


Menurut data yang diterima oleh Serikat Petani Aceh Timur (SIPAT), kambing yang sejumlah 17 ekor tersebut dibeli Rudianto di Medan, Sumatera Utara dengan harga rata-rata per ekor sebesar Rp. 550 ribu dengan total anggaran sebesar Rp. 9.350.000.


Saat dikonfirmasi terkait permasalahan tersebut di rumahnya, di Dusun Pertanian, Desa Keudee Birem, Rabu (24/2/16), ketua kelompok, Rudianto, mengakui bahwa lima ekor sapi bantuan beserta dua sapi telah dijual seharga ± Rp. 32 juta.

Menurut Rudianto, penjualan sapi bantuan tersebut berdasarkan hasil kesepakatan bersama dengan pengurus dan seluruh anggota kelompok yang ditandatangani secara bersama.

"Kalau tidak ada kesepakatan bersama dengan pengurus dan seluruh anggota kelompok, mana berani saya menjual sapi-sapi bantuan tersebut," jelas Rudianto dengan nada canggung.

Rudianto juga menyampaikan, setelah lima ekor sapi beserta dua anaknya dijual, lalu dirinya membelikan kambing sebanyak 40 (empat puluh) ekor dengan harga per ekor bervariasi. Ada yang seharga Rp. 500 ribu/ekor, ada yang Rp. 550 ribu/ekor dan ada juga yang seharga Rp. 600 ribu/ekor.

Namun mengenai jumlah anggaran yang dikeluarkan untuk pembelian 40 (empat puluh) ekor kambing, Rudianto kelihatan bingung dan menyampaikan bahwa dirinya tidak ingat lagi.

"Dari 40 (empat puluh) ekor kambing yang dibeli, hanya 17 (tujuh belas) ekor yang dibagikan untuk kelompok dan yang lainnya masih pada pihak geuchik," katanya.

Soal hanya 17 (tujuh belas) ekor yang dibagikan untuk kelompok padahal anggota kelompok sebanyak 20 (dua puluh) orang. Entah sadar atau tidak, Rudianto keceplosan bicara bahwa uang hasil penjualan sapi bantuan, telah dipakai oleh pihak geuchik karena geuchik banyak tersandung hutang.

Dari 17 (tujuh belas) ekor kambing yang sudah diterima kelompok, beberapa waktu yang lalu ada penambahan bantuan satu ekor lagi untuk sekretaris kelompok yang bernama Rahmani Leo. Cuma Rudianto lupa kapan kambing yang satu ekor tersebut diberikan kepada Rahmani Leo karena menurut pengakuan Rudianto, sudah lama sekali, jadi dirinya tidak ingat lagi.

"Udah lama diberikan untuk sekretaris saya,  Rahmani Leo. Jadi saya nggak ingat lagi," demikian pengakuan ketua kelompok,  Rudianto.

Geuchik Keudee Birem, Nikmat, saat dikonfirmasi terkait hal tersebut melalui telepon selulernya menjelaskan, sejumlah sapi bantuan tersebut dijual karena didasari oleh saran yang diterima dari dua anggota kelompok yang bernama Buyung dan Atok

"Sapi itu jual saja, masukkan ke modal pak Geuchik dulu, nanti kalau sudah cukup baru digantikan dengan kambing 40 ekor, biar dapat merata. Dari pada kita disini, lembu di Blang Tualang nggak nampak. Begitu saran yang disampaikan oleh Buyung dan Atok kepada saya," kata Geuchik Nikmat.

Cuma, tambah Nikmat, saat itu dirinya sedang ada masalah, yakni kena tipu sebesar Rp. 27 juta, oleh seseorang berinisial ARZL. Oleh karenanya, geuchik mengaku bahwa sebagian besar uang penjualan sejumlah sapi bantuan tersebut dipakai oleh dirinya dan saat itu kambing untuk kelompok hanya baru dibeli sebanyak 17 (tujuh belas) ekor saja.

Nikmat juga menyampaikan, beberapa waktu yang lalu dirinya ada menambah bantuan kami sejumlah 5 (lima) ekor lagi yang diberikan untuk ketua kelompok, kepala dusun (kadus) dan Rahmani Leo alias Buyung. Ketua kelompok dan kepala dusun (kadus) telah mendapat jatah 2 (dua) ekor per orang, tegas geuchik.

Geuchik Desa Keudee Birem yang mengaku dulu pernah bekerja di Dinas Peternakan Aceh Timur dan sekarang sudah tidak bekerja lagi, turut menjelaskan bahwa indkasi kejahatan yang terjadi terhadap sapi bantuan untuk desanya tidak akan dipermasalahkan oleh pihak Dinas Peternakan Aceh Timur karena kata geuchik,  semua permasalahan telah ditangani oleh pihak penyuluh yang bernama Slamet.

"Para anggota kelompok juga tidak pernah mempermasalahkannya karena mereka mengetahui bahwa kondisi ekonomi saya pun sedang drop," imbuhnya.

Namun saat ditanya, apakah benar bahwa para anggota kelompok tidak pernah mempermasalahkan tentang segala ndiasi kejahatan yang dirinya lakukan bersama ketua kelompok dan benarkah surat pernyataan dari anggota tentang kesepakatan menjual sapi bantuan dibuat setelah sapi dijual dan tanggal surat diundurkan sebelum tanggal penjualan sapi?  Geuchik Keudee Birem Bayeun bukan terlebih dahulu menjawab pertanyaan tersebut, melainkan mintak jumpa dengan wartawan lintasatjeh.com.

"Enaknya kita ketemu dulu, nggak enak bicara melalui hp. Kalau bisa abang jumpai saya," kata geuchik yang mengaku suka main kayu tersebut.[zf]
Komentar

Tampilkan

Terkini