IST |
ACEH TIMUR - Sapi bantuan yang kabarnya sebanyak lima ekor,
diduga sarat masalah. Sapi bantuan diterima oleh kelompok peternak di Desa
Keudee Birem, Kecamatan Birem Bayeun, Kabupaten Aceh Timur.
Pasalnya, sapi bantuan yang sudah beranak tiga ekor tersebut
(mati satu ekor_red) dikabarkan telah dijual oleh ketua kelompok dan Geuchik
Desa Keudee Birem, seharga ± Rp. 32 juta, tanpa terlebih dahulu digelar
musyawarah dengan sesama anggota kelompok.
Namun karena dugaan kejahatan yang diperbuat oleh ketua
kelompok, Rudianto dan Geuchik Desa Keudee Birem, Nikmat, terendus oleh para
anggota kelompok sehingga memunculkan kemarahan dan protes keras dari sebagian
besar anggota kelompok.
Maka saat itu, Rudianto dan Nikmat berusaha menutupi dugaan
kejahatan mereka dengan cara "menggantikan" sapi yang telah mereka
jual dengan kambing sebanyak 17 ekor.
Menurut data yang diterima oleh Serikat Petani Aceh Timur
(SIPAT), kambing yang sejumlah 17 ekor tersebut dibeli Rudianto di Medan,
Sumatera Utara dengan harga rata-rata per ekor sebesar Rp. 550 ribu dengan
total anggaran sebesar Rp. 9.350.000.
Saat dikonfirmasi terkait permasalahan tersebut di rumahnya,
di Dusun Pertanian, Desa Keudee Birem, Rabu (24/2/16), ketua kelompok,
Rudianto, mengakui bahwa lima ekor sapi bantuan beserta dua sapi telah dijual
seharga ± Rp. 32 juta.
Menurut Rudianto, penjualan sapi bantuan tersebut
berdasarkan hasil kesepakatan bersama dengan pengurus dan seluruh anggota
kelompok yang ditandatangani secara bersama.
"Kalau tidak ada kesepakatan bersama dengan pengurus
dan seluruh anggota kelompok, mana berani saya menjual sapi-sapi bantuan
tersebut," jelas Rudianto dengan nada canggung.
Rudianto juga menyampaikan, setelah lima ekor sapi beserta
dua anaknya dijual, lalu dirinya membelikan kambing sebanyak 40 (empat puluh)
ekor dengan harga per ekor bervariasi. Ada yang seharga Rp. 500 ribu/ekor, ada
yang Rp. 550 ribu/ekor dan ada juga yang seharga Rp. 600 ribu/ekor.
Namun mengenai jumlah anggaran yang dikeluarkan untuk
pembelian 40 (empat puluh) ekor kambing, Rudianto kelihatan bingung dan
menyampaikan bahwa dirinya tidak ingat lagi.
"Dari 40 (empat puluh) ekor kambing yang dibeli, hanya
17 (tujuh belas) ekor yang dibagikan untuk kelompok dan yang lainnya masih pada
pihak geuchik," katanya.
Soal hanya 17 (tujuh belas) ekor yang dibagikan untuk
kelompok padahal anggota kelompok sebanyak 20 (dua puluh) orang. Entah sadar
atau tidak, Rudianto keceplosan bicara bahwa uang hasil penjualan sapi bantuan,
telah dipakai oleh pihak geuchik karena geuchik banyak tersandung hutang.
Dari 17 (tujuh belas) ekor kambing yang sudah diterima
kelompok, beberapa waktu yang lalu ada penambahan bantuan satu ekor lagi untuk
sekretaris kelompok yang bernama Rahmani Leo. Cuma Rudianto lupa kapan kambing
yang satu ekor tersebut diberikan kepada Rahmani Leo karena menurut pengakuan
Rudianto, sudah lama sekali, jadi dirinya tidak ingat lagi.
"Udah lama diberikan untuk sekretaris saya, Rahmani Leo. Jadi saya nggak ingat
lagi," demikian pengakuan ketua kelompok,
Rudianto.
Geuchik Keudee Birem, Nikmat, saat dikonfirmasi terkait hal
tersebut melalui telepon selulernya menjelaskan, sejumlah sapi bantuan tersebut
dijual karena didasari oleh saran yang diterima dari dua anggota kelompok yang
bernama Buyung dan Atok
"Sapi itu jual saja, masukkan ke modal pak Geuchik
dulu, nanti kalau sudah cukup baru digantikan dengan kambing 40 ekor, biar
dapat merata. Dari pada kita disini, lembu di Blang Tualang nggak nampak.
Begitu saran yang disampaikan oleh Buyung dan Atok kepada saya," kata
Geuchik Nikmat.
Cuma, tambah Nikmat, saat itu dirinya sedang ada masalah,
yakni kena tipu sebesar Rp. 27 juta, oleh seseorang berinisial ARZL. Oleh
karenanya, geuchik mengaku bahwa sebagian besar uang penjualan sejumlah sapi
bantuan tersebut dipakai oleh dirinya dan saat itu kambing untuk kelompok hanya
baru dibeli sebanyak 17 (tujuh belas) ekor saja.
Nikmat juga menyampaikan, beberapa waktu yang lalu dirinya
ada menambah bantuan kami sejumlah 5 (lima) ekor lagi yang diberikan untuk
ketua kelompok, kepala dusun (kadus) dan Rahmani Leo alias Buyung. Ketua
kelompok dan kepala dusun (kadus) telah mendapat jatah 2 (dua) ekor per orang,
tegas geuchik.
Geuchik Desa Keudee Birem yang mengaku dulu pernah bekerja
di Dinas Peternakan Aceh Timur dan sekarang sudah tidak bekerja lagi, turut
menjelaskan bahwa indkasi kejahatan yang terjadi terhadap sapi bantuan untuk
desanya tidak akan dipermasalahkan oleh pihak Dinas Peternakan Aceh Timur
karena kata geuchik, semua permasalahan
telah ditangani oleh pihak penyuluh yang bernama Slamet.
"Para anggota kelompok juga tidak pernah
mempermasalahkannya karena mereka mengetahui bahwa kondisi ekonomi saya pun
sedang drop," imbuhnya.
Namun saat ditanya, apakah benar bahwa para anggota kelompok
tidak pernah mempermasalahkan tentang segala ndiasi kejahatan yang dirinya
lakukan bersama ketua kelompok dan benarkah surat pernyataan dari anggota
tentang kesepakatan menjual sapi bantuan dibuat setelah sapi dijual dan tanggal
surat diundurkan sebelum tanggal penjualan sapi? Geuchik Keudee Birem Bayeun bukan terlebih
dahulu menjawab pertanyaan tersebut, melainkan mintak jumpa dengan wartawan
lintasatjeh.com.
"Enaknya kita ketemu dulu, nggak enak bicara melalui
hp. Kalau bisa abang jumpai saya," kata geuchik yang mengaku suka main
kayu tersebut.[zf]